Nasihat Ke–36
Doyan Terhadap Pujian, Bencana Bagi Yang Memuji dan Dipuji
Saudara-saudaraku! Apabila orang lain senang terhadap sanjungan dan jiwa mereka menjadi puas karenanya, ingat, takutlah kepada Allah bila dirimu juga sukan akan hal itu, dan hendaklah engkau takut pula akan bahaya darinya. Memang, di dalam pujian tersimpan rasa manis yang akan cepat meresap ke dalam hati, sedangkan tempat-tempatnya di dalam jiwa memang telah ada. Oleh karena itu, tidak ada yang selamat darinya kecuali sedikit.
Memang pada mulanya seseorang di antaramu tidak mengerjakan kebajikan karena Allah SWT, tetapi ketika pada dirinya mulai nampak keutamaan, dan ia disanjung dan hormati serta dikagumi, nah, ketika itulah setan datang menysupkan rasa manisnya pujian ke dalam hatinya, suatu rasa manis yang cocok dengan selera nafsunya, maka saat itu menjadi puaslah jiwanya. Wahai pemuja sanjungan, pujian, kekaguman dan kehormatan! Sesungguhnya engkau telah dijerumuskan sedangkan dirimu suka akan hal itu, padahal hal tersebut termasuk kotoran jiwa sedangkan engkau berada dalam keadaan lalai.
Berikut akan ku kemukakan kepadamu sebuah contoh bagi orang yang senang dengan pujian. Perumpamaannya ialah seperti seorang yang diejejk dan dikatakan kepadanya:
“Sesungguhnya kotoran yang keluar dari perutmu memiliki bau harum seperti parfum.”
Sebenarnya orang yang terperdaya itu tahu bahwa keadaannya tidak seperti apa yang dikatakan, dan Allah SWT mengetahui tentang kebusukan kotoran yang ada di dalam perut, tetapi karena kebodohannya ia rela saja menerima hinaan dan ejekan tersebut meski ia menyadari bahwa sesungguhnya apa yang dikatakan kepadanya tidak benar sama sekali, karena tidak ada yang keluar dari perutnya keccuali kotoran dan kebusukan. Meskipun demikian, ia pun menyenanginya dan tetap menganggap hal itu adalah pujian.
Nah, demikian pula keadaannya dengan orang yang tercemar dengan dosa-dosa, bahka ia lebih kotor dan lebih bau daripada kotoran itu sendiri, dan ia lebih cocok untuk menerima hinaan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya ia rela dengan pujian tersebut karena kebodohannya. Semoga sudah seharusnya ia menerima murka Allah SWT. Maka siapa yang lebih merugi daripadanya jika ia mengetahuinya.
Saudara-saudaraku! Apabila engkau diuji dengan sanjungan dan pujian, berjuang keraslah engkau untuk meniadakannya dari hati dengan membencinya serta merasa takut akan akibatnya. Rasulullah saw. Mengkhawatirkanmu terhadap pujian itu dan melarang untuk saling memuji, karena Beliau saw. Tahu bahwa pujian itu banyak mudaratnya. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah SWT jika senang terhadap pujian yang dilontarkan kepadamu, dan janganlah engkau terperdaya oleh setan beserta para wakilnya yang terdiri dari golongan manusia.
Sebab, mereka berprasangka bahwa apabila mereka betul-betul menginginkan keridhaan Allah melalui amal kebajikan, tentu amal perbuatan mereka tidak akan mampu dirusak oleh kesenangan dan kesukaan terhadap pujian, karena hal semacam ini termasuk qiyas iblis, sedang pendapat-pendapatnya merupakan fitnah bagi para wakilnya.
Celakalah bagi yang memuji dan dipuji, mengapa mereka tidak mengetahui petunjuk sehingga mereka tidak menyukai celaan, padahal sesungguhnya itu tidak membahayakan diri mereka. Jusutru mereka akan diberi ganjaran pahala karenanya; dan sebaliknya, justru kegemaran terhadap sikap saling memuji di antara mereka sangat bertentangan dengan waisat-wasiat Rasul saw. Sungguh mereka adalah orang-orang yang bodoh secara nyata. Celakalah dirimu wahai orang yang terperdaya.
Tidakkah engkau ketahui bahwa seorang tokoh ilmu pengetahuan berkata: “Siapa yang suka terhadap pujian sesungguhnya setan dengan tenang dapat masuk ke dalam perutnya.”
Engkau telah dicela oleh tokoh ini lantaran kesenanganmu terhadap pujian. Sesungguhnya engkau layak untuk mendapatkan murka lantaran kesenangan dan kerelaanmu terhadap pujian dan sanjungan dari orang lain. Engkau mengetahui kebajikan tetapi tidak mengamalkannya. Seorang tokoh ilmu lainnya berkata: Apabila ada yang mengatakan kepadamu bahwa orang yang paling baik dalah dirimu, padahal --- demi Allah ... sebenarnya dirimu adalah yang paling buruk bila ternyata pujian lebih kau sukai daripada celaan.
Perhatikanlah wahai orang yang terperdaya! Apakah engkau mendapati dirimu senang serta merasa puas dengan pujian dan sanjungan, apakah engkau mengakrabi orang yang memujimu bila ia keliru dalam memujimu; dan apakah engkau tidak menyukai celaan bila ternyata celaan benar adanya? Apakah engkau akan marah kepada orang yang mencela jika ia memang benar? Maka jika engkau memang demikian, tentu engkau adalah seburuk-buruk orang.
Sekalipun memperbanyak ibadah, namun dirimu tetap termasuk di antara orang-orang yang senang terhadap pujian dan sanjungan, bahkan lebih buruk daripada orang yang suka kepada pujian dan sanjungan, bahkan lebih buruk daripada orang yang suka kepada pujian tetapi ia mengakui kejahatan dan dosa-dosanya, karena ia lebih bisa diharapkan untuk mengemban amanat dan lebih dekat kepada maaf daripada dirimu.
Sebab, engkau telah mengira bahwa kerelaanmu dan kesenganmu terhadap sanjungan tidak akan mencelakakanmu! Sesungguhnya telah sampai kepada kami sebuah hadis, yang belum aku ketahui betul tentang kesahihan sanadnya, tetapi jika hadis itu sahih, tentu merupakan ancaman kemalangan bagimu, yaitu bahwa seseorang telah memuji orang lain dengan kebaikan di hadapan Rasulullah saw. Dan Rsul saw. Menegurnya: Andaikan temanmu ada di sini, dan ia menerima dengan senang apa yang telah engkau ucapkan, lalu dia mati dalam keadaan seperti itu, ia akan masuk neraka.”
Wahai orang yang terperdaya, inilah balasan bagi orang yang menutupi perbuatan kebajikannya dengan keridhaan terhadap pengakuan dari orang lain. Celakalah dirimu! Sesungguhnya banyak di antara para sahabat terdahulu yang menghendaki Allah dalam amal kebajikan seperti yang engkau kehendaki menurut prasangkamu. Padahal! Maha Sempurna Allah, jauh sekali bila engkau akan seperti mereka atau mereka akan serupa dengan mu, karena mereka memang tepat untuk mendapatkan pujian dan sanjungan. Namun Rasulullah saw. Masih mengkhawatirkan mereka dari bahaya pujian dan melarang mereka darinya sekalipun mereka memiliki keutamaan dan ketakwaan.
Beliau saw. Berkata kepada orang yang memuji: Celaka dirimu! Engkau telah memotong punggungnya, andaikan ia mendengarkanmu tentu ia tidak akan memperoleh kemenangan sampai hari kiamat.”
Dan beliau juga berkata kepada yang lain: Janganlah kalian saling memuji, lemparlah mukanya dengan tanah.”
Ingat, Rasulullah saw. Mengatakan ini karena khawatir terhadap orang yang disanjung, bahwa ia akan senang terhadap sanjungan dan rela dengannya, sehingga akan berbahaya bagi agamnya dan barangkali ia tidak akan memperoleh kemengan selamanya. Maka Rasul saw. Pun memperingatkan mereka terhadap fitnah pujian sebelum fitnah itu menimpa diri mereka. Sedangkan dirimu, bila dipuji engkau senang dan rela menerimanya karena menduga bahwa hal itu tidak membahayakanmu, maka celakalah dirimu! Alangkah bodohnya dirimu terhadap bahaya yang diketahui oleh Rasulullah saw. Di balik pujian!
Perhatikanlah keadaan para sahabat ra. Sesungguhnya mereka lebih tahu tentang Allah SWT dan lebih takut kepada-Nya daripada mu, serta lebih ikhlas dalam perbuatan mereka, sedangkan bersama itu mereka takut terhadap pujian dan membencinya, bahkan mereka marah terhadap orang yang memuji karena takut terhadap fitnah dalam pujian itu. Sedangkan dirimu berani mengira bahwa sikap menerimamu terhadap pujian tidak akan membahayakan, seakan-akan engkau memiliki kejujuran dan keikhlasan yang lebih kuat daripada orang-orang terdahulu dan seakan-akan dirimu lebih mampu untuk menolak fitnah daripada mereka. Engkau dusta wahai orang-orang yang terperdaya!
Telah sampai kepada kami bahwa beberapa orang sahabat ra. Tidak menyukai pujian dan akan marah kepada orang yang memuji. Salah seorang khalifah ditanya oleh seseorang tentang sesuatu lalu orang itu berkata kepadanya: “Engkau, wahai Amirul Mu’minin, lebih baik daripadaku dan lebih mengetahui.”
Mendengar itu sang khalifah pun menjadi marah dan berkata: “Aku tidak menyuruhmu untuk memberikan pengakuan kepadaku.” Dikatakan kepada salah seorang sahabat: “Manusia akan senantiasa baik selama Allah mengekalkan dirimu.” Lantas sahabat tersebut menjadi marah karena ucapan orang yang memujinya, dan ia berkata: “Sungguh aku mengiramu seorang peramal dan apa yang membuatmu tahu bahwa ia akan menutup pintunya dari keluarganya dalam kebaikan.” Juga telah sampai kepada kami bahwa seseorang telah memuji salah seorang salaf, lantas yang dipuji pun menjadi marah dan berkata: “Ya Allah, hamba-Mu ini telah mendekatkan diri kepada ku dengan kebencian-Mu, maka aku pun menjadikan-Mu sebagai saksi atas kebencciannya.”
Nah, ternyata orang-orang pilihan tersebut sangat tidak menyukai pujian dan mereka marah terhadap orang yang memuji karena takut terhadap bahanya, sedangkan engkau suka dengan pujian karena tidak membahayakanmu. Alangkah jauhnya kemiripanmu dengan mereka! Para sahabat membenci pujian sedangkau engkau senag kepadanya! Mereka marah kepada yang memuji yang jujur dalam pujiannya sedangkan engkau suka terhadap orang yang memuji yang dusta serta berlebihan dalam pujiannya ke padamu! Mereka menerima dengan senang akan celaan padahal mereka adalah orang yang paling suci dari celaan, sedangkan engkau marah dan menjauhi celaan padahal engkau lebih layak untuk mendapatkannya daripada orang lain! Mereka menyayangi orang yang menghina mereka dan memaffkannya, sedangkna dirimu menjadi dendam terhadapnya! Dan ini semua termasuk kekotoran jiwa bagi orang-orang yang banyak beribadah, sementar engkau dalam kelalaian, dan engkau telah diperdaya sedang engkau tidak merasa!.
Wahai orang yang terperdaya! Adakah engkau melihat dirimu sangat menginginkan, dan bekerja dengan ikhlas untuk meraih pahala dari Allah SWT, lalu setelah itu engkau ambil bagianmu dalam kegembiraan terhadap pujian, sanjungan dan penghargaan di dunia agar dirimu sekaligus mendapat pahala yan cepat dan yang lambat. Kalau begitu sungguh buruk apa yang ditawarkan oleh nafsumu itu. Dan janganlah engkau coba-coba menyeret kami kepada fitnah, wahai orang yang terfitnah! Ketahuilah, urusan mana yang lebih cocok untuk agama kami.
Kami khawatir dan bersikap hati-hati terhadap apa yang telah diperingatkan oleh Rasulullah saw. Berupa bahaya pujian Kami berjuang keras untuk meniadakan kegembiraan di hati kami terhadapnya bila kami diuji serta memohon ampunan kepada Allah darinya atau kami harus berpegan kepada pendapatmu bahwa sikap senang dan menerima pujian itu tidak berbahaya, sehingga kami pun mau mengakui ucapan orang yang terperdaya, rela kepada pujiandan merasa puas terhadap keridhaanmu dan kesenanganmu kepadanya, lalu bersama dengan itu engkau juga mengira bahwa diri mu termasuk orang yang ikhlas, padahal barangkali saja justru dirimu mendapatkan tempat yang buruk di sisi Allah tanpa ada pengakuan dan sanjungan.
Ingatlah apa yang aku katakan kepadamu, karena aku ini memberikan nasihat kepadamu Hendaklah dirimu membenci sanjungan serta takut terhadap fitnah yang ada padanya. Sesungguhnya Rasulullah saw. Telah memperingatmu darinya. Bila engkau merasa manisnya pujian dan senang kepadanya, berusaha keraslah untuk meniadakan hal demikia dari dalam dirimu, lalu beristighfarlah kepada Allah dari kesenanganmu terhadap pujian, bagaikan orang yang bertobat dari dosa-dosa.
Kemudian jadikanlah dirimu setelah mujahadah dan bertobat itu merasa takut bahwa engkau tidak murni dalam bertobat, serta tidak bersungguh-sungguh dalam bermujahadah. Karena, engkau belum mampu untuk sampai kepada kebencian terhadap segala bentuk pujian dan penghargaan, juga belum sampai kepada sikap mampu memarahi orang yang memuji sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabt ra. Terdahulu.
Setelah itu, jadilah engkau mengetahui tentang keburukanmu bila engkau suka kepada pujian, merasa takut akan siksaan bila engkau rela kepadanya dan sekali lagi merasa khawatir kalau-kalau dirimu di sisi Allah SWT termasuk orang-orang yang menyenangi hal tersebut. Sesungguhnya pengetahuanmu tentang hal tersebut lebih berguna bagimu daripada ibadah dalam kebodohan tentang apa-apa yang telah kami paparkan.
Wahai orang yang suka beribadah! Kenapa engkau senang kepada dunia, padahal dunia merupakan penjara bagi orang beriman, karena ia tidak bergembira karenanya, tidak mendapatkan kenikmatan padanya, dan tidak merasa kenikmatan padanya, dan tidak merasa ketentraman dengannya. Sesungguhnya dunia itu tempat ujian dan fitnah, tempat duka cita dan kegelisahan.
Berkata Adam as.“ Kami memohon kepada Allah SWT keturunan, tetapi Iblis telah menyandera kami dengan kesalahan, maka tidak seharusnya kami bersuka ria, dan memang tidak seharusnya selain menangis dan merasa sedih.
Saudara-saudara, memang buruk sakli citranya bagi orang yang berakal sehat untuk merasa gembira terhadap perhiasan dan aksesoris dunia, maka bagai mana pantas untuk dipuji yang batil dan terperdaya? Oleh karena itu, pahamilah apa yang aku katakan kepadamu wahai orang suka beribadah tapi senang dengan pujian. Karena, walaupun engkau telah melaksanakan ibadah sampai burung-burung menjadi jinak kepadamu, binatang-binatang buas, binatang-binatang melata, dan seluruh penghuni bumi juga disanjung oleh malaikat, senang bertetangga denganmu dan menyanjung amal perbuatanmu, mereka menunjukan sikap mereka kepadamu, dan engkaupun kagum terhadap kebaikan dirimu.
Nah, apakah engkau sempat berfikir untuk dirimu atau untuk orang lain agar berpegang dengan hal itu, atau engkau menjadi terlena dengan pujian makhluk sebelum datang masanya engkau menghadap Allah SWT? Sebab, pada saat itu akan jelaslah bagimu bagaimana akhir dari perjalananmu, dan engkau pun akan tahu keridhaan Allah SWT atau malah kebencian-Nya terhadapmu, sehingga akhirnya pun barangkali dirimu bakal menikmati kenikmatan abadi, atau malah akan mengalami siksaan yang amat pedih!.
Saudaraku! Berhati-hatilah kepada Allah SWT, jangan sampai engkau terbuai oleh sanjungan! Berapa banyak hal yang di anggap adil menurut manusia tidaklah adil di mata Allah SWT dan tidak disukai-Nya. Berapa banyak orang yang getol beribadah ternyata bakal menjadi bahan bakar api neraka, dan ibadahnya menjadi sia-sia belaka karena mereka telah terperdaya oleh Iblis. Berapa banyak orang yang di kala pagi beriman tetapi di sore hari ia menjadi kafir dan di cabut imannya, sedangkan dirinya tidak merasa!.
Orang berakal yang takut akan tercabut imannya selalu merasa tidak aman dan merasa tikda bergembira terhadap pujian batil dan tipuan! Bahkan andaikan sampai turun kepadamu wahyu bahwa dirimu mendapatkan pujian di sisi Pemilik Arsy, hendaklah bertambah rasa takut dan khawatirmu, renungkanlah urusanmu!
Katakanlah dengan jujur! Dengan apa dirimu menjadi terpuji di kalangan penghuni langit, padahal dirimu tidak berhak untuk itu? Maka jika engkau beranggapan bahwa hal tersebut kau dapatkan karena diriu sendiri dan memang karena usahamu sendiri, berarti engkau telah mengaku-ngaku perkara yang amat besar, dan engkau telah lupa akan kemurahan nikmat Allah SWT terhadapmu. Sebab, seandainya bukan karena nikmat-Nya, pastilah dirimu tidak akan terpuji dan mendapatkan petunjuk.
Saudaraku! Karunia Allah kepadamu lebih besar lagi! Usaha keras untuk bersyukur darimu adalah mesti. Takut dan khawatir akan kehilangan nikmat tersebut memang sudah sepantasnya dan seharusnya. Bukankah para malaikat dan para nabi pun sangat khawatir akan hal itu! Mereka berrkata:
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami
( Ali Imran, 8).
Nah, bagaimana dengan dirimu, bukankah engkau orang yang sering teledor dalam menjalankan kewajiban, padahal dirimu akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat dan akan dituntut. Tentu saja kesedihan lebih layak untukmu daripada kegembiraan, apalagi gembira karena sanjungan palsu dan penuh tipuan!.
Saudaraku! Renungkanlah apa yang aku katakan kepadamu; Siapa lagi yang menjadikanmu mendapatkan sanjungan dan pujian kalau bukan Dia yang telah menghiasimu dengan tindakan yang elok, dan yang menjadikanmu seuka pada hal-hal yang terpuji. Siapa yang bermurah kepadamu dengan pertolongan yang nyata, pemberian yang banyak, kenikmatan yang meyakinkan, serta karunia yang terpuji dan jelas?
Nah, apakah yang memberikan hal tersebut lebih pantas untuk mendapat pujian, sanjungan dan kesyukuran, ataukah dirimu sendiri yang menjadikanmu berhak untuk itu? Celaka dirimu, siapa yang lebih berhak untuk mendapatkan pujian, sanjungan dan kesyukuran selain Dia yang bermurah kepadamu sehingga engkau harus bersaksi tentang Wahdaniyah-Nya.
Dia yang telah menjadikanmu sibuk dengan ketaatan, menjagamu dari kemaksiatan, memalingkan dirimu dari kesenangan semu serta tipu daya musuhmu, yang melindungimu dari keinginan jiwa yang rendah, yang menutupi keburukanmu dan menampakan keindahan, serta menjadikan dirimu dengan mnutupinya terhormat dan tersanjung di kalangan masyarakat.
Saudaraku, apakah Sang Pemberi akan hal-hal tersebut kepadamu lebih pantas untuk mendapatkan pujian dan kesyukuran, ataukah dirimu yang dijadikan berhak mendapatkan keistimewaan tapi suka menyuruh kepada keburukan, menghalangi dari kebaikan, memotivasi dalam kemaksiatan, yang melapaui batas dalam kesesatan, yang kufur dan sombong dalam kemewahan, yang putus asa dalam kesusahan, yang melupakan bagusnya karunia, dan yang mengabaikan kesyukuran atas segala nikmat, nah, jadi siapa yang lebih berhak untuk mendapatkan pujian? Da, bagaimana mungkin orang yang begini sifatnya berhak mendapatkan pujian?
Saudaraku! Hati-hatilah terhadap Allah SWT! Berbuat maksimallah dakam kesyukuran, dan takutlah terhadap kehilangan kenikmatan dan tercabutnya keimnanan. Janganlah engkau mengira bahwa dirimu berhak mendapatkan pujian sehingga Allah akan membinasakanmu, menghilangkan kenikmatan darimu, dan merobek tirai darimu sehingga tersibaklah keburukanmu pada seluruh makhluk. Betapa besar musibah yang akan menimpamu bila engkau menukar pujian Raja yang Maha tinggi dengan sikap rela terhadap pujian hamba-hamba yang rendah; bila engkau lebih mengutamakan kedudukan di dunia paripada derajat yang lebih tinggi; dan bila engkau turun dari kedudukan tinggi di sisi Allah kepada kedudukanyang paling rendah.
Celakalah dirimu! Pikirkanlah apa yang telah diperbuat oleh setan untuk memperdayamu. IA menghendaki engkau menerima sanjungan hamba agar engkau tidak menjadi tersanjung dan ter puji di Sisi Allah SWT. Celaka dirimu, sebaik-baik umat adalah apabila ia dicoba dengan pujian, ia menjadi benci dan merasa di sulitkan. Apabila ia mendapat hal tersebut di dalam dirinya, ia memohon ampunan kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya dari keburukan apa yang diujikan kepadanya, serta melarang orang yang memuji untuk kembali memujinya.
Bahkan mereka sampai melapor kepada Rasulullah saw. Tentang apa yang mereka alami dan beliau saw. Pun menyuruh mereka beristighfar dan berlindung dari keburukannya. Orang-orang yang memiliki keutamaan dan ketakwaanlah yang berhak mendapatkan pujian di langit dan bumi. Mereka tidak suka mendapatkan penghargaan, pujian dan sanjungan di dunia, dan membencinya karena takut terhadap bahaayanya. Padahal banyak orang yang terperdaya sangat senang pada pujian dan rela dengannya seolah-olah mereka pantas untuk menerimanya, padahal mereka adalah sejauh-jauh manusia dari kepantasan.
Orang-orang bodoh itu pasti akan dikembalikan kepada Tuhan lalu akan diperlihatkan kepada mereka dosa-dosa dan keburukan mereka sehingga mereka akan dibalas sesuai dengan perbuatan mereka, atau akan mendapatkan ampunan dari Yang Maha Pemurah dan karunia-Nya.
Ikutilah jejak umat pilihan, janganlah engkau menerima pujian, jangan menyediakan diri untuk menerima kebencian, dan berusaha kersaslah untuk membenci apa yang dicobakan kepaamu berupa manisnya pujian dengan menghindarinya seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mendapat petunjuk. Itulah perbedaan keutamaan antara dua orang ! Salah satunya membenci pujian padahal ia berhak untuk menerimanya, sedangkan yang lain menyukai pujian padahal ia tidak pantas untuk menerimanya. Semoga Allah memberi perlindungan kepada kita sekalian dari keburukannya. Amiin.